KETIKA menerima rangsangan seksual yang cukup, perempuan, seperti juga pria, akan mengalami suatu reaksi seksual. Reaksi seksual yang sempurna berlangsung dalam empat fase yang disebut siklus reaksi seksual, yaitu fase terangsang (excitement phase), fase datar (plateau phase), fase orgasme (orgasm phase), dan fase resolusi (resolution phase).
Pada setiap fase terjadi perubahan yang bersifat fisik dan psikis. Perubahan fisik dapat dirasakan, baik pada kelamin maupun pada bagian tubuh lain, tidak hanya oleh yang bersangkutan melainkan juga pasangannya. Demikian juga dengan perubahan yang bersifat psikis.
Perubahan yang terjadi selama siklus reaksi seksual ini dapat menjadi petunjuk pada fase mana pasangan berada, agar hubungan seksual dapat berlangsung dengan harmonis. Siklus reaksi seksual perempuan dan pria pada dasarnya sama, yaitu dimulai dengan adanya dorongan seksual yang semakin meningkat karena adanya rangsangan seksual dari luar. Maka terjadilah reaksi seksual dengan fase orgasme sebagai puncaknya.
Kalau kenyataannya hubungan suami-istri tidak berlangsung seperti itu, menurut Prof. Dr. Wimpi Pangkahila, Sp.And, dari Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, bisa jadi mitos tentang seks dan perbedaan peran jenis kelamin yang menjadi penyebabnya. Dikatakan, sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa urusan seksual adalah urusan pria.
Masih banyak juga yang beranggapan bahwa perempuan atau istri hanyalah pihak yang pasif, yang menerima saja, dalam hal hubungan seksual. Bahkan banyak pria yang menganggap dan memperlakukan perempuan hanya sebagai objek seks.
“Mitos itu sangat berpengaruh negatif bagi fungsi seksual perempuan. Banyak perempuan yang menjadi lebih tertutup dalam menghadapi masalah seksual,” papar Prof. Wimpie.
Ditambahkan pula, setiap gangguan pada setiap fase siklus reaksi seksual dapat menimbulkan disfungsi seksual. Dari pengalaman di klinik menghadapi pasangan dengan masalah seksual, Prof. Wimpie melihat, tidak sedikit yang kemudian terungkap adanya masalah seksual pada pihak perempuan, walaupun semula pasangan itu datang karena masalah seksual pada pihak pria. Lebih dari itu, tidak jarang terjadi suami baru tahu kalau istrinya ternyata mengalami gangguan fungsi seksual karena mitos sesat yang diyakininya selama ini.
Makanya, buang jauh-jauh mitos sesat itu, dan nikmati semua fase dalam berhubungan suami-istri. Tisak perlu bangga kalau hanya bisa menikmati kepuasan sendiri.
sumber: kompas. Baca Berita Pilihan juga ya.
Post a Comment